China di Ambang Kemenangan Lawan Corona

Jakarta, CNN Indonesia -- China berada di ambang kemenangan dalam perang melawan virus corona. Beberapa terakhir ini laporan kasus baru Covid-19 di dalam negeri China terus menurun.

Rumah sakit darurat di Kota Wuhan, Provinsi Hubei yang dibangun untuk menangani pasien Covid-19 telah ditutup.

Menurut AFP, orang-orang di China sudah mulai pergi bekerja, pabrik-pabrik beroperasi, dan sekolah di beberapa wilayah telah dibuka.

Satu hingga dua bulan lalu, puluhan hingga ribuan orang meninggal akibat virus corona. Total ada 3.249 korban jiwa termasuk petugas kesehatan yang "berdarah-darah" berjaga di garda paling depan menanggulangi virus corona.

Salah satunya seorang dokter di Wuhan Li Wenliang yang meninggal Februari lalu. Li menjadi whistleblower yang memperingatkan publik terkait potensi penyebaran wabah serupa SARS pada Desember lalu. Namun, Li dan beberapa rekannya justru dibungkam oleh pemerintah China hingga akhirnya virus menyebar tanpa bisa dikendalikan.




Akhirnya diberlakukan lockdown setelah melihat wabah virus corona yang kian mengkhawatirkan.

Tak hanya di Wuhan yang menjadi sumber penyebaran dan tempat pertama kalinya Covid-19 muncul, namun lebih dari 40 juta orang di Provinsi Hubei tak dapat bergerak di bawah isolasi ketat.


Selama lockdown berlangsung, warga tidak boleh keluar rumah. Akan tetapi, pasokan makanan mereka terjamin. Pemerintah hingga swasta rajin menyuplai kebutuhan pangan.

Seorang WNI yang tinggal di Wuhan mengaku turut mendapat kiriman makanan dari pihak universitas selama diisolasi dalam asrama sekolah.

Mereka membagikan kebutuhan sayur, buah, hingga daging bagi penghuni asrama sekitar dua hingga tiga kali seminggu. Bahan-bahan tersebut diambil oleh universitas dari toko-toko di Wuhan yang tutup.


Namun, beberapa warga Wuhan menyatakan kepada CNN bahwa mereka harus bergantung pada komite lingkungan yang ditunjuk. Karena dilarang keluar, mereka harus membuat pesanan kelompok untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari yang seringkali harganya lebih tinggi.

Kehidupan di bawah lockdown juga menambah beban mental karena kondisi tertutup kerap menimbulkan kegelisahan.

Melansir South China Morning Post, selain Hubei, Beijing pun menerapkan karantina massal dengan dukungan aparat dan teknologi pengawasan kuat, serta jaringan pengaman komunitas yang besar. Namun, kebijakan itu dinilai beberapa pihak bertentangan dengan hak asasi manusia.


Langkah lainnya yang dilakukan pemerintah China yakni membatasi perkumpulan publik yang dapat mengundang banyak massa dan menyetop operasional transportasi publik. Sekolah, universitas, dan pertokoan dihentikan sementara.

Pemerintah juga menerapkan pemeriksaan suhu di jalan dan menerjunkan beberapa aparat di pintu-pintu masuk bangunan tempat tinggal untuk berjaga.

Perusahaan di Beijing bahkan membantu pemerintah dengan menerbangkan drone dilengkapi kamera termal untuk meningkatkan deteksi virus hingga membantu mengembangkan vaksin.


China mampu membuat rumah sakit darurat dalam waktu kurang dari dua pekan. Beberapa lainnya disiapkan dari fasilitas publik yang sudah ada, seperti bangunan sekolah, stadion, atau pabrik, yang dapat menampung hingga dua ribu pasien.

Pemerintah menerjunkan sekitar 1.400 petugas medis dari kalangan militer untuk merawat sekitar 1.000 pasien di masing-masing RS.

Sebanyak 346 tim medis dari seluruh negeri masih disiagakan hingga hari ini. Jumlah keseluruhan tim yang diperbantukan mencapai 42.600, termasuk 19 ribu tenaga kesehatan.




Upaya China Tangani Virus Corona Temui Titik TerangSederet upaya yang dilakukan pemerintah China untuk mengatasi pandemi virus corona akhirnya menunjukkan titik terang. Untuk pertama kalinya, China melaporkan kasus domestik akibat virus corona nihil pada Kamis (19/3).

Keberhasilan mengendalikan virus mematikan itu tak lepas dari fasilitas dan sistem kesehatan China yang sangat mumpuni. Hal itu diakui sendiri oleh warga mereka.

“Jika sesuatu terjadi pada saya, saya lebih memilih berada di China. Layanan perawatan kesehatannya lebih baik. Sistem medisnya telah menangani puluhan ribu kasus,” kata salah seorang mahasiswa China di Amerika Serikat, seperti dikutip South China Morning Post.


China telah menutup seluruh rumah sakit darurat yang berjumlah 16, per 10 Maret lalu. Seluruhnya terletak di Hubei, pusat perkembangan virus corona. Relawan medis yang tersebar di seluruh China juga berangsur dipulangkan.

Presiden Xi Jinping telah mengunjungi Wuhan untuk pertama kalinya sejak wabah merebak akhir tahun lalu. Xi menyatakan bahwa penyebaran penyakit itu "pada dasarnya telah diatasi".

Terkecuali Wuhan, orang-orang di Hubei yang dinyatakan sehat sudah boleh bepergian di dalam kawasan provinsi, hingga meninggalkan Hubei untuk bekerja atau berpindah rumah.


Namun, di atas suka cita akan kemenangan di depan mata, kini China dihadapi oleh masalah baru.

Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) melaporkan kasus dari luar negeri justru cenderung melonjak dengan bertambahnya 34 pasien baru. Hal tersebut dikhawatirkan akan merusak kemajuan yang telah dibuat China.


Untuk itu, China masih memberlakukan lockdown di beberapa daerah. Pemerintah juga mewajibkan karantina selama dua pekan bagi seluruh pendatang dari luar negeri yang singgah di Beijing.

"Kita seharusnya jangan pernah membiarkan tren positif berkelanjutan yang didapatkan susah payah berbalik," kata Xi Jinping saat pertemuan kepemimpinan Partai Komunis, seperti dikutip AFP.


China khawatir virus itu kembali menyebar dari dari luar negeri sebab kini ratusan negara di dunia tengah berjuang mati-matian melawan corona. Keadaan berbalik, ketika waktu itu China menjadi negara yang menyebarkan virus corona, kini mereka justru takut tertular dari negara lain.

Bahkan kini jumlah kasus virus corona di negara lain dilaporkan lebih besar ketimbang di China.

Johns Hopkins University mencatat, virus corona telah menginfeksi 218.743 orang di seluruh dunia. Sebanyak 8.810 orang di antaranya dinyatakan meninggal, sementara 84.113 lainnya dinyatakan sembuh.


Jika digabungkan total ada lebih dari 120 ribu kasus berasal dari negara-negara lain, angkanya jauh di atas China.

Di China sendiri, sebanyak 70.525 orang dari 81.137 kasus virus corona dinyatakan sembuh. Sementara itu, jumlah orang yang masih dirawat yakni sekitar tujuh ribu orang. Italia dan Iran menjadi negara yang melaporkan kasus terbanyak dalam beberapa hari terakhir.


Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi

Sedikit banyak China dapat menjadi contoh bagi negara lain yang tengah memerangi corona. Kebijakan lockdown yang bisa ditiru sejatinya harus dibarengi dengan ketegasan pemerintah. Kendali dan pengawasan ketat dari pemerintah China telah memaksa warga untuk patuh. (ang/dea)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama