REVIEW : PARANORMAL ACTIVITY 4


"There's something in the street." - Alex 

Seusai sebuah franchise dimana muncratan darah dan alat-alat penyiksa tubuh manusia digeber sedemikian rupa serta menjadi sebuah pemandangan yang biasa dikhatamkan pada instalmen ketujuh pada tahun 2010 silam, Halloween tidak bermurung hati lantaran sang pengganti telah ditemukan. Paranormal Activity, sebuah film horor berbujet murah yang menerapkan teknik kamera handheld layaknya The Blair Witch Project, secara mengejutkan sanggup mencetak ‘hit’ di tangga box office setelah mengundang jutaan penonton untuk ditakut-takuti di dalam bioskop. Tak hanya penonton, para kritikus pun mencintai film ini. Dengan raihan angka yang terbilang sangat tinggi – terutama jika diukur menggunakan perbandingan bujet yang harus digelontorkan – maka bukan sesuatu yang mengejutkan saat sang kreator, Oren Peli, memutuskan untuk melanjutkan aktivitas paranormal di layar lebar. Didukung oleh basis penggemar yang besar, Paranormal Activity pun rutin menelurkan sekuel setiap tahun dengan hasil yang memuaskan meski jilid-jilid yang mengikutinya ini ditanggapi dingin oleh kritikus. Dan memang, setelah jilid awal yang cukup seram, kelanjutan dari seri ini tidak lebih dari sekadar repetisi. Kecuali Anda adalah penggemar berat, maka setiap sekuel, khususnya Paranormal Activity 4 yang baru saja dilempar ke pasaran, hanya akan membuat Anda tertidur pulas di dalam bioskop dan baru terbangun di menit-menit terakhir. 

Paranormal Activity 4 yang mengambil latar belakang di tahun 2011, melanjutkan apa yang menjadi pertanyaan banyak orang usai menyaksikan Paranormal Activity 2 dimana Katie (Katie Featherston) dan Hunter dikisahkan menghilang usai kematian Kristi Rey dan Daniel. Kali ini yang menjadi korban tidak lagi berasal dari keluarga Katie, melainkan sebuah keluarga yang tinggal di pemukiman yang sama dengan Katie. Teror bermula setelah ibu dari Robbie (Brady Allen) mendadak kudu diboyong ke rumah sakit dengan alasan yang tidak diketahui oleh para tetangga. Mengingat Robbie tidak memiliki kerabat lain, maka dia pun dititipkan ke keluarga Nelson. Semenjak pertama kali menginjakkan kaki di rumah keluarga Nelson, Alex (Kathryn Newton), merasakan ada yang tidak wajar dengan bocah ini. Robbie yang bersahabat erat dengan adik Alex, Wyatt (Aiden Lovekamp), membawa sang ‘teman khayalan’ turut serta. Atas saran dari sang kekasih, Ben (Matt Shively), berbagai alat perekam pun dipasang di beberapa sudut rumah menindaklanjuti kekhawatiran Alex. Benar saja, dan tentu siapapun sudah menduganya, ada sesuatu yang aneh dalam diri Robbie. Teror demi teror pun mulai berdatangan, dan Alex beserta setiap tokoh di dalam film ini mengalami apa yang dialami oleh para tokoh di ketiga film sebelumnya. 

Jujur saja, Paranormal Activity 4 sudah mulai kehilangan daya tariknya. Selain alat rekam yang kali ini lebih bervariasi jenisnya – tidak hanya memanfaatkan kamera video, tetapi juga webcam, kamera di telepon cerdas, hingga Kinect – tidak ada sesuatu yang baru dalam jilid ini. Untuk urusan penceritaan, Zack Estrin dan Christopher B. Landon seolah hanya menulis ulang berdasarkan skrip dari film sebelumnya dengan sedikit penambahan agar tidak terkesan hanya ‘copy paste’ semata. Teror yang dihadirkan, walaupun ada beberapa yang membuat saya terlonjak dari kursi, sayangnya kurang terasa gregetnya. Hanya sebatas mengagetkan, tidak sampai pada tahapan menakutkan hingga membuat saya kesulitan untuk memejamkan mata di malam hari. Duo nahkoda film ini, Henry Joost dan Ariel Schulman, yang pernah membangkitkan franchise ini dari keterpurukan, untuk sekali ini terlihat kebingungan hendak membawa jilid keempat ini kemana. Tanpa mendapat dukungan naskah yang memadai, film ini pun seolah hanya jalan di tempat. Setelah tiga film berturut-turut dengan pola penceritaan yang serupa, maka tak ada lagi kejutan disini. Penyelesaiannya pun terkesan dipaksakan dan malah justru merobohkan tensi ketegangan yang sebenarnya sudah mulai terbangun dengan cukup baik di menit-menit terakhir. Apa yang saya rasakan kala menyaksikan Paranormal Activity 4 tidak jauh berbeda seperti ketika saya diajak mengunjungi wahana permainan rumah berhantu yang sama oleh empat teman yang berbeda dalam waktu yang berurutan. Maka satu-satunya cara untuk bisa menikmati Paranormal Activity 4 jika Anda bukanlah fans berat atau ini bukan pertama kalinya Anda menyimak franchise ini adalah mengajak teman yang penakut, mudah terkejut, atau latah – lebih disarankan perempuan – untuk menemani Anda menonton. Setidaknya, ada sesuatu yang bisa membuat Anda merasa terhibur.

Note : Jika Anda tidak memiliki urusan yang sangat mendesak, tidak usah terburu-buru meninggalkan gedung bioskop. Paranormal Activity 4 mempunyai post-credit scene di penghujung film. 

Poor 



Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama